Berfokus Pada Tujuan - Amsal 16: 3-6
Setiap
orang pasti memiliki tujuan dalam hidupnya. Tanpa tujuan yang jelas,
hampir-hampir segala usaha, rencana maupun rancangan yang dilakukan tidak akan
berarti apa-apa. Untuk mencapai suatu tujuan pastinya setiap kita membuat suatu
rencana, tahap demi tahap untuk dapat meraih tujuan tersebut. Waktu kita masih
kanak-kanak, kita memiliki tujuan yakni cita-cita kita. Segala rencana mulai
kita rancang, mulai dari sekolah, maupuan segala hal yang berhubungan dengan
cita-cita tersebut. Baik itu pelatihan-pelatihan, kursus-kursus dan sebagainya.
Tetapi
dalam mencapai tujuan tersebut, seringkali kita diperhadapkan dengan banyak
hal. Mungkin rintangan, hambatan, godaan dan segala sesuatu yang membuat kita
tidak lagi fokus pada tujuan kita. Hal inilah yang sering kali membuat kita
gagal dalam mencapai tujuan kita. Satu pertanyaan untuk kita semua, apakah kita
sudah mengandalkan Tuhan untuk meraih tujuan tersebut?
Amsal 16:3-6
"Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka. Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan."
Dari ayat ini, bagaimanakah
berfokus pada tujuan berdasar Amsal 16:3-6?
Adapun kebenaran firman Tuhan
menganai berfokus pada tujuan adalah
1.
Tidak mengandalkan diri sendiri tetapi berserah
pada Tuhan
Dalam
mencapai tujuannya, manusia cenderung mengandalkan kekuatannya sendiri dan tidak
mengandalkan Tuhan. Padahal dengan jelas Alkitab mengatakan bahwa, “Serahkanlah
perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksana segala rencanamu”. Untuk mencapai
suatu tujuan, manusia harus mengandalkan Tuhan, harus menyerahkan segala
perbuatannya kepada Tuhan.
Kata serahkanlah
bukan berarti bahwa kita seperti mengajukan suatu proposal kepada Tuhan dan
setelah itu kita tidak melakukan apa-apa. Terjemahan lain mengatakan percayakanlah.
Mungkin teman-teman yang sudah belajar EE, masih ingat ya tentang ilustrasi
iman? Bukan mereka yang berkata aku percaya, tetapi yang menyerahkan atau
mempercayakan hidupnya.
Serahkanlah
di
sini bukan hanya sekedar, ini Tuhan rencanaku, ini Tuhan tujuanku, kiranya
Tuhan berkati agar aku bisa mencapainya. Tidak, serahkanlah di
sini berarti kita menyerahkan segala sesuatunya, menyerahkan hidup kita kepada
Tuhan. Dalam setiap rencana yang telah kita rencanakan, Tuhan mau bawa seperti
apa, Tuhan mau berkehendak seperti apa, kita ikuti prosesnya Tuhan. Mungkin
sulit, mungkin berat, tapi ketika kita menyerahkan segala perbuatan kita,
rencana kita kepada Tuhan, maka Tuhan pun akan membawa kita kepada tujuan kita
dengan caranya Tuhan.
2.
Tidak iri melihat orang lain tetapi senantiasa
takut akan Tuhan
Seringkali
manusia ketika menjalani proses yang harus ia tempuh, masih melihat orang lain
sebagai tolak ukurnya. Masih memiliki perasaan iri kepada orang lain karena
orang lain berhasil dalam mencapai tujuannya dengan cara mereka. Bahkan ketika orang
lain pun menggunakan cara yang tidak benar, masih saja kita iri melihat
keberhasilan orang tersebut, sehingga kadang kita ikut-ikutan melakukan ketidak
benaran tersebut untuk meraih tujuan kita. Ngapain kita bersusah-susah berusaha
dan merencanakan suatu hal, toh orang lain bisa berhasil kok dengan cara licik,
bisa berhasil kok dengan cara curang. Kalau mereka bisa seperti itu dengan cara
itu, kenapa kita tidak.
Melihat
orang fasik mujur, kadang kala membuat orang percaya menjadi iri hati dan
merasa sia-sia melakukan kebenaran. Orang fasik saja dengan cara yang salah
bisa mencapai tujuan mereka, hidupnya enak, mengapa kok kita yang orang percaya
yang sudah sungguh-sungguh ikut Tuhan, yang sudah menyerahkan segala
perbuatannya kepada Tuhan kok tidak berhasil-berhasil dalam mencapai tujuannya?
Dalam ayat
4-5 dikatakan, “TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing,
bahkan orang fasik dibuatnya untuk hari malapetaka. Setiap orang yang tinggi
hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman”.
Mungkin kita bisa melihat orang fasik berhasil hari ini, tapi firman Tuhan katakan,
mereka tidak akan luput dari hukuman.
Jangan
karena kita melihat orang lain bisa mencapai tujuannya dengan cara yang salah
lantas kita menurunkan standar kita. Kita harus tetap menyerahkan segala
sesuatunya kepada Tuhan dan bersandar kepadaNya. Janganlah kita iri hati
melihat orang lain, tetapi kita senantiasa harus takut akan Tuhan. Di ayat 6
dikatakan, “Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut
akan TUHAN orang menjauhi kejahatan”. Kita yang tahu bahwa cara mereka
salah, jangan ditiru, tapi marilah kita menjauhi kejahatan sebagai bukti kita
takut akan Tuhan.
Untuk itu
marilah kita berfokus pada tujuan kita dengan tidak mengandalkan diri sendiri,
tetapi senantiasa menyerahkan segala rencana kita kepada Tuhan dan tidak iri
melihat orang lain, tetapi senantiasa takut akan Tuhan. Amin.
Nb: Orang yang berfokus pada tujuannya ialah orang yang menyerahkan segala rencananya kepada Tuhan dan senantiasa takut akan Tuhan.
Posting Komentar untuk "Berfokus Pada Tujuan - Amsal 16: 3-6"