Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Roma 6: 1-14 - The Power of Sacrifice



Ada pepatah yang mengatakan bahwa “cinta itu butuh pengorbanan”, ini yang pada lagi kasmaran pasti senyum-senyum nih. Pengorbanan yang dilakukan pun tidak tanggung-tanggun, ada yang berkorban biaya, waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan yang paling tidak mengenakkan ada yang sampai berkorban perasaan. Semua pengorbanan itu dilakukan semata-mata hanya untuk orang yang dikasihinya, hanya untuk orang yang dicintainya, hanya untuk orang yang disayangnya.

Pepatah ini pun kalau kita perhatikan menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas, karena cintaNya Yesus kepada manusia, Ia pun rela mengorbankan diriNya bagi manusia, mengorbankan nyawaNya bagi manusia. Tentunya pengorbanan yang Yesus lakukan berbeda dengan pengorbanan cinta yang dilakukan oleh para pasangan muda-mudi. Karena cintaNya, Yesus rela berkorban nyawa bukan untuk orang yang baik, tetapi untuk orang berdosa, untuk manusia yang menjadi seteru Allah, musuh Allah.

Sungguhlah sulit untuk mengasihi orang yang berbuat jahat pada kita, orang yang menjadi musuh kita. Tapi apa yang dilakukan Yesus, Ia malah mau untuk berkorban nyawa bagi manusia yang menjadi seteru Allah, agar manusia dapat diperdamaikan dengan Allah.

Demikian juga dengan pengorbanan Yesus yang begitu luar biasa, tentunya ada kuasa atau kekuatan yang berdampak dari pengorbanan Yesus Tersebut.

Lalu seperti apa the power of sacrifice menurut Roma 6

Kita membaca Roma 6:1-14

Di ayat 9, “Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia”

Poin pertama yang dapat saya ambil ialah

1.    Pengorbanan Kristus berkuasa atas maut dan membebaskan manusia berdosa

Hal yang menarik dari kebangkitan Kristus ilah kebangkitanNya berbeda dengan kebangkitan orang-orang yang pernah dibangkitan dalam Alkitab. Seperti Lazarus, anak janda sarfat, anak perempuan sunem, anak yairus, anak janda di nain, dan masih banyak lagi, ketika mereka dibangkitakan mereka masih akan mengalami kematian lagi. Berbeda dengan kebangkitan Kristus yang mana maut tidak lagi berkuasa atas Dia.

Dalam ayatnya yang ke-7 dikatakan bahwa “sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa”. Pengorbanan Kristus di kayu salib, kematian Kristus di kayu salib, membuat manusia bebas dari dosa. Mengapa bisa kita yang telah mati telah bebas dari dosa? Mati yang dimaksudkan bukanlah mati secara literal, tetapi mati bersama-sama Kristus. Di ayat 3 dikatakan “…kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya”. Hal itulah yang membuat kita beroleh kematian dan kebangkitan bersama Kristus.

Jika kita lihat lagi dalam ayat 5, ketika manusia menjadi satu dengan kematian Kristus, ia juga akan menjadi satu sama dengan kebangkitanNya. Menjadi satu dengan kebangkitanNya berarti juga menang atas maut.

Ketika maut telah dilakahkan, maka dosa dan kuasanya juga telah dikalahkan. Dengan demikian manusia yang hidup dalam Kristus tidak lagi hidup dalam dosa, tidak lagi diperhamba dengan dosa, tetapi menjadi orang yang merdeka, menjadi hamba kebenaran dan dosa tidak lagi berkuasa atasnya.

Saya juga terberkati dengan firman Tuhan hari ini yang disampaikan di Kaum Muda Johor yang membahas mengenai Tabernakel tepatnya mengenai Mezbah Korban Bakaran. Hal menarik yang dari khotbah-khotbah yang disampaikan tesebut adalah bahwa pengorbanan Kristus terjadi, karena dosa merupakan hal yang serius. Dosa merupakan hal yang serius yang perlu diselesaikan dan tanpa pertumpahan darah tidak ada pengampunan dosa (kitab isa melihatnya dalam Ibrani 9:22). Bahkan Imamat 17:11 juga dikatakan bahwa “…karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa”.

Dalam kitab Kejadian saja ketika manusia jatuh dalam dosa Tuhan membuat pakaian dari kulit binantang untuk menutupi aurat manusia. Hal ini menunjukan adanya Binatang yang harus di sembelih, ada darah yang harus dicurahkan, ada suatu pengorbanan. Dalam penyelesaian dosa harus ada penumpahan darah. Namun korban-korban Binatang yang dipersembahkan dalam Perjanjian Lama hanya sebagai peringatan akan dosa manusia dan tidak menghapuskannya. Untuk itu harus ada satu korban yang benar-benar dapat menghapus dosa manusia seutuhnya.

Dari sini kita dapat melihat bahwa kematianNya, pengorbananNya berkuasa mengalahkan maut, berkuasa mengalahkan dosa sehingga manusia dapat terbebas dari belenggu dosa.

Kita lanjut membaca Roma 6:15-23

Poin selanjutanya yang dapat saya ambil adalah

2.    Pengorbanan Kristus berkuasa menuntun orang percaya untuk hidup dalam ketaatan

Dalam ayat 16 dikataakan bahwa ketika manusia menjadi hamba seseorang maka ia mentaati orang tersebut, mentaati dosa yang memimpin kepada kebinasan atau ketaatan yang memimpin kepada kebenaran.

Pengorbanan Kristus tidak hanya berhenti berkuasa mengalahkan maut dan membebaskan manusia berdosa, tetapi juga memimpin orang tersebut untuk dapat hidup dalam ketaatan akan firman Tuhan.

Ketika manusia menjadi hamba dosa maka ia menyerahkan dirinya diperbudak oleh dosa untuk melakukan kecemaran. Tapi saat ini konteksnya sudah berbeda, manusia tidak lagi hidup dalam kuasa dosa tapi dalam kebenaran. Dirinya telah diserahkan kepada kebenaran yang membawanya kepada pengudusan. Hidupnya yang telah diserahkan kepada hamba kebenaran, maka tindakan-tindakan yang dilakukan adalah hal-hal yang benar.

Suatu analogi seekor hewan misalnya Anjing atau kucing, ketika mereka berada pada seorang pemilik yang berada diperkampungan dan sederhana, maka hewan itu tetaplah menjadi hewan normal pada umumnya, suka main lumpur, tidur di tanah, kotor-kotoran dan sebagainya. Berbeda jika pemiliknya adalah orang kaya yang tinggal di kota, maka hewan-hewan itu tidak akan dibiarkan bermain kotor, selalu dibersihkan bahkan kadang diajak tidur bersama.

Sama halnya dengan manusia yang masih hidup dalam dosa, maka apa yang dilakukannya pastilah buah dari dosa. Sedangkan ketika orang tesebut hidup dalam kebenaran, maka apa yang dilakukannya pastilah buah dari kebenaran tesebut.

Menjadi hamba kebenaran kita sebaiknya senantiasa taat pada setiap firman yang Tuhan berikan. Beroleh buah pembenaran dan menuntun pada hidup yang kekal.

The power of sacrifice, berkuasa membebaskan manusia berdosa dan berkuasa untuk menuntun hidup dalam ketaatan. Amin.

 

Mari kita menyanyikan lagu PengorbananMu Sempurna.
Joko Prasetyo
Joko Prasetyo Pendiri dan Admin pikirankristen.com

Posting Komentar untuk "Renungan Roma 6: 1-14 - The Power of Sacrifice"