Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perilaku Merokok - Pengertian, Faktor Penyebab, dan Tindakan Pencegahan di Kalangan Remaja

 

Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja

Latar Belakang

                  Fenomena merokok di kalangan ramaja usia sekolah bukan pemandangan asing lagi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Jumlah perokok usia remaja di Indonesia terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia menempati peringkat lima di dunia sebagai jumlah perokok terbanyak di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia.
                  Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga seolah- olah sudah menjadi lingkaran setan. Di tinjau dari segi kesehatan, merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin. Terlebih diketahui bahwa sebagian besar perokok adalah remaja sehingga perlu adanya pencegahan dini yang dimulai dari pihak          sekolah.
         Para perokok merasakan nikmatnya merokok begitu nyata, sampai dirasa memberikan rasa menyenangkan dan menyegarkan sehingga setiap harinya harus menyisihkan uang untuk merokok. Kelompok lain, khususnya remaja pria, mereka menganggap bahwa merokok adalah merupakan ciri kejantanan yang membanggakan, sehingga mereka yang tidak merokok malah justru diejek. Padahal mereka sadar bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan bahkanmenimbulkan  banyak   penyakit serius.
        Berkaitan dengan fenomena di atas, maka perlu adanya penelitian mengenai perilaku merokok pada remaja agar bisa menambah wawasan tentang perilaku merokok dan cara menanggulanginya sehingga dapat mencegah timbulnya perilaku merokok pada remaja.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dengan pendekatan psikologi perkembangan. Penelitian ini dilakukan di SMK Insan Cendekia, Turi, Sleman. Dipilihnya subyek penelitian tersebut dengan pertimbangan pernah didapati beberapa siswa sekolah tersebut sedang merokok disekitar lingkungan sekolah. Alasan lain yaitu karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang baru berdiri 4 tahun (2007) maka bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah agar menjadikan siswanya terbebas dari merokok.

 Perilaku merokok

            Perilaku merokok dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemui dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat-tempat umum, maupun tempat pendidikan yaitu sekolah. Tidak jarang kita menemukan remaja yang masih mengenakan seragam sekolahnya, (baik SMP maupun SMA) merokok bersama teman-temannya ataupun sendiri, baik merokok secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Pada saat anak duduk di sekolah menengah pertama, menurut mereka merokok merupakan lambang pergaulan bagi mereka. Apabila dalam suatu kelompok remaja telah melakukan kegiatan merokok maka individu remaja merasa harus melakukannya juga. Individu remaja tersebut mulai merokok karena individu dalam kelompok remaja tersebut tidak ingin dianggap sebagai orang asing, bukan karena individu tersebut menyukai rokok.

            Kebiasaan merokok sudah menjadi budaya bangsa Indonesia. Remaja, dewasa, bahkan anak-anak sudah tidak asing lagi dengan benda mematikan tersebut. Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat di berbagai tempat, misalnya di warung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah, halte bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan di lingkungan rumah. Hal in sudah menjadi pemandangan yang biasa dan jarang mendapat perhatian masyarakat, padahal perilaku tersebut berbahaya bagi remaja dan orang sekitarnya.

 Hubungan Tipe Kepribadian Dengan perilaku Merokok

            Setiap individu mempunyai kepribadian yang khas yang tidak identic dengan orang lain dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Terdapat ciri-ciri atau sifat-sifat individu pada aspek-aspek psikisnya yang bisa membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian merupakan kesatuan organisasi yang dinamis sifatnya terhadap lingkungannya. Remaja yang mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis  aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka mencari jati dirinya kepribadian adalah keyakinan individu akan kemampuannya untuk membentuk perilaku dalam situasi tertentu.

            Keinginan merokok lebih sering timbul karena situasi yang tidak nyaman seperti dingin, sepi, galau, bosan, marah, dan stress kemudian dengan merokok dirasakan memberikan kenyamanan dan ketenangan, menimbulkan pandangan positif dalam memaknai merokok. namun, demikian penelitian menemukan bahwa para remaja ini juga mengalami penyesalan yaitu menyesal karena pemborosan, badan menjadi tidak sehat dan lemah, juga menyesal terlanjur kecanduan. Para remaja juga akan merasakan ketakutan terhadap bahaya rokok yang bisa ditimbulkan, merasa cemas dan berharap tidak sampai menderita penyakit sebagaimana yang disosialisasikan akibat merokok.

 

Pengertian Perilaku Merokok

            Rokok dibuat dari bahan dasar tembakau. Daun tembakau (nicotiana tabacum) mengandung nikotin dan berbagai senyawa kimia lainnya yang berefek racun. Nikotin yang terdapat pada daun tembakau merupakan zat beracun yang dalam dosis 60 mg saja dapat berakibat fatal. 
            Menurut kamus Bahasa Indonesia (2008), merokok didefinisikan sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok itu sendiri diartikan gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yg dibungkus (daun nipah, kertas, dsb). Armstrong berpendapat bahwa merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Pendapat lain dari Levy menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. 
            Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.

Faktor Penyebab Perilaku Merokok

            Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika mereka masih remaja. Asal mulanya, orang yang mengisap rokok merasa tidak nyaman, misalnya kepala pening, mulut kering dan bau. Akan tetapi lama kelamaan jika diteruskan berkali-kali dan dibiasakan maka perokok akan merasa nikmat dan enak. Setelah itu menjadi ketagihan, kecanduan, dan tergantung, baik secara fisik maupun psikis. 
            Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan. 
            Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam diri, juga disebabkan olah faktor lingkungan.
         Adapun faktor dari individu yaitu :

1. Faktor Biologis

        Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. 
2. Faktor Psikologis
        Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.

3. Faktor Demografis

        Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.

Faktor lingkungan yaitu :

1. Faktor Lingkungan Sosial
    Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok.

2. Faktor Sosial-Kultural

    Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu.
3. Faktor Sosial Politik
        Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

B. Pencegahan Perilaku Merokok di Kalangan Remaja

            Diperlukan tindakan dan pengarahan untuk mengatasi perilaku merokok pada remaja khususnya di SMK Insan Cendekia. Disinilah peran guru dibutuhkan, terlebih bagi guru BK dan guru agama agar ada pencegahan terhadap perilaku merokok sehingga dapat meminimalisir jumlah pelaku merokok. 
          Ina Dwiyati, S.Psi, guru BK sekaligus menjabat kepala SMK Insan Cendekia, mengatakan bahwa merokok menjadi masalah tersendiri bagi sekolah. Larangan merokok sudah menjadi aturan sekolah tetapi masih tetap ada yang merokok karena pada usia remaja rasa penasaran dan teman kelompok sangat mempengaruhi. Kata beliau “Sudah menjadi sifat usia SMK yang cenderung trend atau teman-teman yang lain”. 
            Menurut beliau, siswa yang merokok dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Jika bertemu secara face to face tercium dari aromanya, bibirnya terlihat hitam, dan dari giginya ada zat yang menempel di giginya. 
            Perilaku merokok perlu penanganan khusus. Dari pihak sekolah, setiap awal tahun pasti menekankan aturan sekolah khususnya pelarangan tentang merokok. Pihak sekolah juga mendatangkan narasumber dari dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang kesehatan, khususnya bahaya merokok. Selain itu, sekolah bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk mengadakan pemeriksaan fisik secara menyeluruh sehingga mengetahui siswa yang merokok. Namun, beliau menambahkan kalau cara ini belum efektif karena siswa hanya sadar beberapa saat setelah penyuluhan. Terlebih sekolah hanya bisa mengontrol pada saat jam belajar di sekolah saja, setelah jam itu sekolah tidak dapat mengontrol. Sekolah juga menerapkan reward and punishment, bagi siswa yang didapati merokok dilingkungan sekolah akan mendapatkan hukuman yang berupa poin kesalahan.
            Ridwan, guru agama di SMK Insan Cendekia mengaku sering mendapati siswa yang merokok. Meskipun sudah jelas bahwa ada aturan dilarang merokok tetapi siswa tetap merokok dengan sembunyi-sembunyi. Menurut beliau, siswa yang merokok dapat diketaui ciri-cirinya, yaitu: biasanya tubuhnya kekuru-kuruan, sering sakit, cepat emosi, mudah tersinggung, dan biasanya malas-malasan.
            Selain itu penyuluhan tentang bahaya merokok sebaiknya tidak hanya fokus ke jangka panjang saja seperti dapat menyebabkan penyakit serius, tetapi juga harus fokus ke jangka pendek seperti merokok sama dengan membakar uang, calon pacar tidak suka bau dan mengapa mau dibodohi iklan. Ditambah lagi, siswa harus selalu mengingat slogan “matikan rokokmu sebelum rokok mematikanmu”.


PENUTUP

        Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Perilaku merokok banyak menghinggapi para remaja karena remaja memiliki rasa penasaran atau rasa ingin mencoba-coba yang cenderung tinggi, termasuk ingin mencoba merasakan rokok.
            Faktor penyebab timbulnya merokok yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu meliputi: faktor biologis, faktor psikologis dan faktor faktor demografis. Sedangkan faktor lingkungan meliputi : faktor lingkungan sosial, faktor sosial-kultural dan faktor sosial politik.
            Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMK Insan Cendekia diketahui bahwa dari 40 siswa terdapat 21 siswa atau 52,5% yang pernah merokok, dan 19 orang atau 47,5% yang belum pernah merokok. Hasil itu menunjukkan adanya perilaku merokok masih relative besar meskipun di SMK Insan Cendekia perbedaannya tidak terlalu jauh.
Untuk menanggulangi perilaku merokok diperlukan tindakan dan pengarahan yang dilakukan oleh sekolah, khususnya guru BK dan guru agama. Tindakan penyuluhan tentang bahaya merokok yang dilakukan sekolah dengan dinas kesehatan merupakan upaya awal dalam menanggulangi perilaku merokok. Tindakan penyuluhan seharusnya melingkupi dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek.

Bagi siswa yang merokok perlu diberi peringatan. Apabila belum jera, perlu diberikan tindakan hukuman seperti membersihkan wc atau lingkungan sekolah. Selain itu, sekolah juga harus bekerja sama dengan orangtua siswa dalam melakukan pengawasan terhadap siswa sehingga pengawasan menjadi lebih efektif dan siswa tidak salah mengambil tindakan dalam pergaulannya. Hal yang penting juga bahwa orangtua dan guru harus memberikan teladan kepada siswa untuk meninggalkan perilaku merokok karena merokok dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Liem, Andrian Pengaruh Media Massa, Keluarga, dan Teman terhadap Perilaku Merokok

Remaja di Yogyakarta (Makara Hubs-Asia:Surabaya, 2014).

Nasution, kemala, Indri Perilaku Merokok Pada Remaja (USU Repository:Medan, 2007).

Fawzani, Nurhidayati. Triratnawati , Atik terapi berhenti merokok (Universitas Gadjah Mada:Yogyakarta, 2005). 

Djohan, Anwar, Bahri T. Penyakit jantung coroner dan hypertensi (Universitas SUMUT: Sumatera Utara, 2004).

 

 

 

 

Joko Prasetyo
Joko Prasetyo Pendiri dan Admin pikirankristen.com

Posting Komentar untuk "Perilaku Merokok - Pengertian, Faktor Penyebab, dan Tindakan Pencegahan di Kalangan Remaja"