Konsekuensi Dosa - Bilangan 20:2-13
Konsekuensi Dosa
Nats :Bilangan 20:2-13
AT :Karena
Musa dan Harun tidak menghormati kekudusan Allah, mereka menerima konsekuensi
penghukuman Allah
Pendahuluan :
Kepemimpinan merupakan suatu strategi atau cara untuk
melakukan atau mengorganisir bawahan ataupun masyarakat untuk mencapai suatu
tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Didalam kepemimpinan, tak sedikit
pemimpin yang mengalami suatu kegagalan. Salah satu contohnya adalah pada masa
kepemimpinan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yng merupakan pemimpin
yang demokratis seharusnya mampu menjadikan bangsa Indonesia memnjadi bangsa
yang maju dan dapat mensejahterakan rakyat dengan sistem yang telah dianut
yaitu demokrasi. Namun yang terjadi disaat masa kepemimpinannya yang katanya
demokrasi bebas merdeka tanpa adanya penderitaan akan tetapi realita yang
terjadi adalah tidak sesuai dengan apa yang telah di harapkan oleh rakyat.
Dalam hal ini SBY gagal dalam menjadi seorang pemimpin.
Saudara-saudara kita pun nantinya juga akan menjadi
seorang pemimpin baik kita yang menjadi guru maupun kita yang menjadi pendeta
nantinya. Dalam menjadi pemimpin, tidak menutup kemungkinan kita akan mengalami
suatu kegagalan nantinya. Sama seperti Musa dan Harun ketika mereka memimpin
bangsa Israel mereka mengalami suatu kegagalan karena ketidak hormatan mereka
terhadap kekudusan Allah.
AK :Ketidakhormatan
akan kekudusan Allah mengakibatkan kegagalan
Kalimat Peralihan:
Saudara-saudara
sebagai seorang pemimpin kita harus berhati-hati supaya kita tidak menjadi
pemimpin yang gagal dan tetap menjadi pemimpin yang menghormati kekudusan
Allah. Kita akan bersama-sama mempelajari tentang apa yang mengakibatkan Musa
dan Harun gagal dalam kepemimpinannya. Apa yang menjadi konsekuensi atas
tindakannya tersebut.
ISI
Point 1: Tindakan Musa
Dalam menjadi seorang
pemimpin, sikap kita tentunya akan menjadi panutan bagi orang-orang yang kita
pimpin. Perikop ini diawali dengan cerita kematian Miryam yaitu saudara Musa
(ayat 1). Sebagai manusia tentunya kita akan merasa sedih ketika ada saudara
kita yang meninggal. Sama hal nya dengan Musa pada waktu itu ketika dia telah
kehilangan Miryam tentunya yang ia rasakan adalah kesedihan yang mendalam.
Disaat keadaan hati yang masih kacau, ditambah lagi dengan peristiwa
sungut-sungut bangsa Israel ketika di padang gurun (ayat 2-5). Peristiwa ini
bahkan pernah terjadi sebelumnya (Kel. 17:1-7) hal ini secara tidak lagsung
menunjukkan ketidak percayaan bangsa Israel terhadap pemeliharaan Allah dan
sikap bangsa Israel yang tidak pernah berubah dalam hal ketegartengkukannya.
Padahal jika kita lihat perjalanan Israel dari mereka keluar dari tanah mesir
sampai pada peristiwa ini Allah selalu ada bagi mereka.
Allah selalu menyediakan
apa yang mereka perlu (roti mana, daging puyuh, tiang awan, tiang api). Walau
bagitu banyak bukti pernyataan Allah, bangsa Israel tetaplah bangsa yang tegar
tengkuk selalu bersungut-sungut dan memberontak. Dalam keadaan demikian langkah
awal yang diambil oleh Musa merupakan hal yang benar karena pada akhirnya Musa
menghadap kepada Allah dan menyampaikan keluhan bangsa itu terhadap Allah (ayat
6) dan dengan jelas Allah menjawab permohonan Musa pada ayat 8 supaya Musa
mengambil tongkatnya dan berkata kepada bukit batu supaya mengeluarkan air.
Namun hal yang dilakukan Musa (ayat 11) ia tidak berbicara kepada bukit batu
itu tapi dia justru memukul bukit batu itu hingga 2x. Dia telah melakukan
tindakan yang tidak seharusnya ia lakukan.
Respon Musa pada saat
itu sungguh diluar dugaan bahkan dia menunjukkan kesombongannya dengan
mengatakan kepada bangsa Israel dengan perkataan “durhaka” dengan mudah, tanpa disadari Musa dia berubah menjadi sombong !
Kenapa begitu? Dengan menyebut bangsa pilihan Tuhan dengan durhaka, Musa
menjadikan dirinya orang penting bagi Israel umat-Nya..jika kita baca ayat 7-8
waktu Tuhan berbicara dengan Musa, tidak ada perintah Tuhan untuk menyebut orang
Israel itu durhaka,bangsa pemberontak dsb nya ( walau kenyataannya seperti itu
) Seorang pemimpin tidak boleh seenaknya, sembarangan menyebut umat Tuhan yang
dipimpinnya dengan sebutan kasar dsb nya, jika Tuhan tidak bicara jangan kita
bicara bahkan tambahkan. Jika Tuhan bicara, jangan kita mengabaikannya atau mengurangi
artinya
Selain itu
hal yang menunjukkan kesombongan Musa adalah ketika ia berkata “apakah kami
harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” perkataan ni tanpa disadari
Musa memakai kata “kami” (Musa dan Harun) bukan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa
ia bangga dengan segala pengalaman luarbiasa yang ia pernah alami sebelumnya.
Ditambah lagi dengan keadaan hati yang pahit ini sama dengan memberitahukan
kepada dirinya dan orang lain bahwa itu semua pekerjaan atau karyanya bukan
pekerjaan Tuhan
Aplikasi :
Jadi saudara/i yang
dikasihi oleh Tuhan, dalam hal ini dapat kita pelajari bahwa sikap
ketidaktaatan dan kesombongan disini merupakan suatu awal dari kegagalan atau
kehancuran (Amsal 18:12 tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan
hati mendahului kehormatan). Saudara, sebagai orang percaya kita harus mentaati
setiap apa yang diperintahkan oleh Tuhan dan janganlah kita sombong dengan apa
yang pernah kita lakukan.
2. Konsekuensi dari Tindakan
Hal yang dilakukan Musa yaitu memukul bukit batu,
menunjukkan bahwa dia tidak menghormati kekudusan Allah karena Allah hadir di
bukit batu itu. Allah adalah Allah yang kudus, dan setiap umat yang percaya
kepada-Nya harus menghormati kekudusannya.
Karena ketidakhormatannya terhadap Allah, Musa menerima
suatu konsekuensi yang sangat fatal yaitu dia tidak akan memasuki tanah
Perjanjian karena ketidakhormatannya itu (ayat 12). Karena satu kesalahan yang
sangat fatal ini, kepemimpinan Musa selama kurang lebih 38 tahun memimpin
bangsa Israel menjadi suatu kegagalan.
Sangat ironis, Ituah kata yang tepat untuk menggambarkan kegagalan
Musa dan Harun masuk ke negeri Perjanjian, padahal mereka orang-orang yang
ditetapkan Tuham untuk memimpin dan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir
menuju negeri Perjanjian, namun justru mereka sendiri tidak bisa masuk dan
menikmati Kanaan itu.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah
Tuhan tidak memberikan dispensasi kepada mereka berdua? Musa dan Harun tidak
dapat masuk ke negeri Perjanjian oleh karena pelanggaran mereka sendiri.
Menurut pemikiran manusia mungkin pelanggaran itu kelihatannya sepele, tetapi
di hadapan Tuhan sekecil apa pun pelanggaran yang kita lakukan tetaplah dosa karena Allah tidak pernah berkompromi
dengan hal yang dinamakan dosa, dan
setiap pelanggaran selalu mendatangkan konsekuensi/resiko yang harus kita
tanggung.
Ilustrasi:
Sekelompok
mahasiswa yang pergi ke tempat wisata yang dianggap sakral (napak tilas) kemudian
ada salah satu dari mereka ketahuan berkata kotor sehingga diperhadapkan dengan
kepala desa setempat dan dihukum karena melanggar kekudusan tempat tersebut.
Aplikasi:
Saudara,
mari kita pikirkan bahwa ketika kita melanggar suatu kekudusan tempat di dunia
ini ditempat dimana yang dianggap kudus, maka ada suatu hukuman yang
akandiberikan kepada kita apalagi jika kita melanggar kekudusan Allah yang
notabenya adalah sang pencipta kita maka dengan pasti kita akan menerima suatu
konsekuensi yang berat. Dan apa yang menjadi konsekuensi Musa dan Harun
merupakan hal yang wajar dan harus diterma oleh Musa dan Harun karena
ketidakhormatan mereka terhadap kekudusan Allah. Nah, saudara-saudara, sebagai seorang
pemimpin dan orang percaya sangat penting kita menghormati kekudusan Allah
supaya kita tidak menerima penghukuman dari Nya
Kristosentris dan Penutup:
Sama
seperti Yesus yang taat kepada Bapa. Ia mau lahir ke dunia hingga mati di kayu
salib. Bahkan ketika eristiwa di taman Getsemani didalam doanya Ia berkata
“biarlah kehendak-Mu yang jadi” hal ini menandakan bahwa Tuhan Yesus pun
menghormati Allah.
Posting Komentar untuk "Konsekuensi Dosa - Bilangan 20:2-13"