Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kekristenan Yang Berkualitas || Roma 1:8-15

 



“KEKRISTENAN YANG BERKUALITAS”

Roma. 1:8-15 


Tidak semua anggota jemaat gereja terlibat aktif dalam dinamika pelayanan jemaat. Ada yang merasa tidak punya waktu karena sibuk dengan urusan pekerjaan. Ada juga yang merasa pelayanan gereja tidak ada yang sesuai dengan minat pribadi. 


Sebagai orang Kristen kita memiliki tanggung jawab yang tidak mudah, karena sebagai pengikut Kristus hidup kita juga harus mencerminkan Kristus dan meneladaniNya.  Jika tidak, kita belum layak disebut sebagai orang Kristen yang sejati, karena semua tindakan dan perbuatan kita haruslah sesuai dengan firman Tuhan.  Inilah yang dikehendaki Tuhan,  "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,"  (Filipi 2:15). 


Hidup tiada beraib, tiada bernoda, tiada bercela dan bercahaya di tengah-tengah dunia adalah kualitas hidup orang Kristen yang sesungguhnya.  Seringkali orang salah dalam mengukur kualitas hidup seseorang.  Orang dunia menilai bahwa seseorang dikatakan berkualitas apabila ia berpendidikan tinggi, mempunyai karir yang menanjak, berpengalaman banyak, memiliki kekayaan yang melimpah dan sebagainya.  Tapi itu berbeda dengan ukuran yang dipakai Tuhan!  "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah;  manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati."  (1 Samuel 16:7b).

 

Paulus tidak mengenal jemaat Roma secara pribadi. Ia belum pernah bertemu dengan mereka. Namun, ia tidak dapat mengabaikan pertumbuhan kerohanian mereka. Meski hanya mendengar berita tentang iman jemaat Roma, ia menyatakan kepeduliaan dan rasa syukurnya kepada Allah (8). Walau jarak memisahkan mereka dan Paulus, namun ia senantiasa mendoakan jemaat Tuhan di Roma (9). Kerinduan yang besar menolong rasul Paulus berdoa agar Allah memberikannya kesempatan mengunjungi mereka (10). Tujuannya, ia ingin berbagi berkat rohani dengan mereka. Melalui rahmat Allah yang diterimanya, ia ingin menghibur jemaat Roma. Demikian juga sebaliknya, ia menghendaki dirinya dikuatkan oleh pertumbuhan iman mereka (11-12). Ia berharap dapat menemukan buah-buah rohani di antara mereka. 


Kehidupan rohani yang berkualitas inilah yang juga diteladankan rasul Paulus bagi orang percaya: saat berada di penjara sekalipun Paulus tetap bisa mengucap syukut kepada Tuhan (8). Meski mengalami tindasan, aniaya, penderitaan dan ujian dia tidak pernah mengeluh atau bersungut-sungut. Hal ini menunjukan bahwa motivasi Paulus dalam melayani Tuhan benar-benar tulus dan murni demi kemuliaan nama Tuhan (9). Apa kuncinya sehingga Paulus bisa seperti itu? Berdoa! (10). Tanpa doa, Paulus tidak akan mampu setegar itu; Tanpa doa, pelayanan Paulus tidak akan berdampa. Doa harus menjadi nafas hidup orang percaya! Karena itu ia selalu menasihatkan: “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus.” (Efesus. 6:18b). sudah seharusnya setiap kita, bukan hanya pelayan Tuhan, meneladani hidup Paulus ini. Jangan sampai kita melayani Tuhan tapi dengan motivasi tidak benar. 


Dalam hal ini, kita dapat belajar bahwa keterlibatan dan pelayanan dalam jemaat Tuhan tidak dibatasi oleh waktu dan minat. Kita dapat melayani jemaat dengan pelbagai cara, seperti bersyukur, mendoakan, dan lain sebagainya. Apa yang harus disyukuri dan didoakan? Kita bisa mendapatkan informasi melalui warta jemaat (grup whatsap), baik yang tertulis maupun yang disampaikan secara langsung dalam ibadah-ibadah yang kita ikuti.


 

Anda (Kita) juga dapat melayani melalui karunia yang Tuhan anugerahkan kepada kita, meski saat ini belum ada aktivitas yang sesuai di gereja kita. Pikirkan dan doakan bagaimana caranya agar kita bisa memperlengapi jemaat (anggota tubuh kristus) melalui karunia tersebut. Atau bicarakan hal ini dengan pendeta yang menggembalakan gereja kita (di tempat kita di gembalakan). Bukan tidak mungkin beliau sangat membutuhkan kita (saudara-saudari) untuk berbagi beban pelayanan Tuhan dengan karunia yang saya, bapak/ibu saudara miliki. Ingatlah bahwa pelayanan kita bisa membangun orang lain dan diri kita sendiri. 


Selalu bersyukur, tulus melayani Tuhan dan Temun dalam doa adalah kunci untuk menjadi orang Kristen yang berualitas! Amin

Joko Prasetyo
Joko Prasetyo Pendiri dan Admin pikirankristen.com

Posting Komentar untuk "Kekristenan Yang Berkualitas || Roma 1:8-15"