Roti Kudus? Apakah Orang Awam Boleh Memakannya? 1 Samuel 21:1-9
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Daud
merupakan anak bungsu dari Isai yang biasanya mengembalakan dua tiga kambing
domba milik keluarga mereka. Walaupun dari latar belakang keluarga yang bisasa-biasa
saja, namun Tuhan memiliki rencana lain atas kehidupannya sehingga ia akhirnya
menjadi seorang prajurit kerajaan. Karena Daud disertai Allah dan Saul sang
raja tidak lagi disertai-Nya karena dosanya, Saul merasa jengkel dan iri hati kepada
Daud sehingga ia berniat untuk membunuhnya. Tapi Daud melarikan diri kebeberapa
daerah hingga akhirnya ia pergi ke kesebuah daerah tempat para imam yang
bernama Nob.[1]
Nob
adalah sebuah tempat dimana para imam-imam tinggal disana, dimana pada waktu
itu bait Allah berada di sana. Ia berjumpa dengan para imam yang tinggal di
daerah itu. Ia pergi kepada mereka dan berharap dapat memperoleh makanan dari
pada mereka. Ia berada dalam keadaan kelaparan dan tidak tau harus kemana untuk
pergi mencari makanan. Namun ketika Daud datang kepada para imam untuk meminta
persediaan makanan, tidak ada pada para imam makanan apapun, yang terdapat dari
pada mereka hanyalah roti sajian atau yang biasa disebut Roti Kudus.
Dalam
Perjanjian lama roti kudus yang dipersembahkan dalam Tabernakael sebagai roti
unjukan hanya boleh dimakan oleh para imam di suatu tempat yang kudus dalam
Tabernakel, dan selain para imam tidak seorangpun yang diperbolehkan untuk
memakannya. Jika Daud dan para pengikutnya tidak memperoleh makanan dari para
imam itu, dari manakah mereka akan mendapat makanan? Namun roti itu hanyalah
diperbolehkan untuk para imam saja. Ketika Daud meminta dari roti sajian itu, untuk
dirinya dan untuk para pengikutinya. Tetapi imam yang waktu itu bertugas yaitu
Ahimelekh menjawabnya katanya “roti ini boleh diberikan kepada para pengikutnya
asal para orang-orang yang mengikutinya menjaga kekudusan”. Walaupun para
pengikut telah menjaga kekudusan, tetapi mereka bukanlah imam dan bukan
keturunan Lewi, sehingga mereka seharusnya tidak diperbolehkan memakannya. Tapi
jika mereka tidak memakannya, mereka bisa mati kelaparan sebab tidak ada pada
mereka bahan makanan apapun.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A. Roti
Sajian
Dalam
bahasa Ibrani roti sajian biasa disebut sebagai lekhem happanim, yang berarti ‘roti dihapan wajah’ yaitu wajah
Allah. Dinamakan demikian karena roti ini diletakkan secara khidmat sebagai
persembahan dihadapan Tuhan. Yang dibuat dari jelai tepung terbaik yang diolah
menjadi roti bundar dengan takaran berat dua persepuluh efa, yang disusun pada
meja roti sajian.[2]
Roti itu diolah dengan cara dibakar dalam api dan diolah tanpa ragi. Roti ini
tidaklah di potong dalam cara memakannya, namun hanya dipecah-pecahkan saja.
Semakin lama roti ini disimpan, maka akan menjadi kering dan akan semakin mudah
untuk dipecah-pecahkan.
Meja
roti sajian itu terbuat dari kayu penaga dengan ukuran dua hasta panjangnya,
satu hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya yang disalut dengan emas
murni dan terdapat dua bingkai emas, yang mana bingkai pertama dibuat sekeliling
atas meja tersebut dan bingkai kedua lebarnya setapak tangan dibuat keliling
pada jalur pinggir meja tersebut. Pada meja tersebut dibuat empat gelang yang
diletakkan pada keempat ujung sudutnya dekat jalur kepinggirnya, sebagai tempat
kayu pengusung supaya meja tersebut dapat diangkut. Panjang kayu pengusung
tersebut tidaklah disebutkan dalam kitab Keluaran, Alkitab hanya menyebutkan
bahwa kayu pengusung tersebut disalaut dengan emas murni. [3]
Bentuk
dari meja tersebut ditiru dalam bait suci Herodes. Roti tersebut berjumlah dua
belas yang diletakkan sebelah menyebelah dengan enam tingkatan disetiap
susunnya. Roti itu ditempatkan pada kemah suci pada ruangan kudus. Selain roti
sajian, diatas meja roti itu juga terdapat beberapa perkakas yakni: pinggannya,
cawannya, kendinya dan pialanya; yang mana dipakai untuk persembahan curahan
dan semua perkakas itu terbuat dari emas murni.
Roti
sajian dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, merupakan roti kudus yang di unjukkan
dalam kemah Tabernakel. Dimana roti ini hanya diperuntukkan untuk para
imam-imam yang bekerja dalam kemah suci tersebut. Roti itu terdapat dua belas
buah yang diletakkan di atas meja roti sajian oleh para imam dimana hanya
orang-orang Lewilah yang mengurusnya, yaitu dari Bani Kehat. Setiap hari sabat,
para imam harus meletakkan roti baru yang masih panas, sedangkan roti yang lama
merupakan jatah para imam-imam dan roti itu harus dimakan di suatu ruang yang kudus.
Roti
kudus ini menjadi sutu peringanatan akan perjanjian Allah dengan kedua suku
Israel.[4]
Perjanjian ini mengingatkan bangsa Israel agar mereka mengingat akan Tuhan yang
selalu memberi makanan kepada manusia dan bahwa manusia harus mempersembahkan
hidupnya bagi Allah. Pada alas roti itu dibubuhi kemenyan tulen yang menjadi
bagian ingat-ingatan (le’azkara) dan menjadi korban bakaran bagi Allah.
B. Pengertian
Kekudusan
Istilah
yang dipakai dalam kata kudus adalah “godosy” dan “qadesy” yang berasal dari
bahasa ibrani dan “hagios” dalam bahasa Yunani. Pengudusan atau ‘sanctification’ menunjuk kepada istilah
dalam bahasa Ibrani yaitu kata kerja ‘qadash’
yang berarti ’menyucikan’. Kata ‘qadash’ dianggap berhubungan dengan
istilah ’khadash’ yang berarti ‘bersinar’. Istilah ‘qadash’ berasal dari akar kata ‘qad’
yang berarti ‘memotong’. Penggunaan
istilah ini dalam perspektif agama menunjuk kepada arti “adanya pemisah yang
menghubungkan dengan TUHAN dengan kedudukan istimewa, yaitu persatuan atau
persekutuan dengan-Nya”.
Pengudusan
dalam arti itu menekankan adanya pemisah kepada Allah yang olehnya ada penyucian
dan kesucian atau kekudusan hidup dengan kualitas rohani, etika serta moral
yang berlandaskan hubungan dengan Allah.
Dalam
Perjanjian Baru, penyucian diistilahkan dengan bahasa Yunani “hagioz” yang berasal dari kata ‘hagios’. Secara teologis istilah ini
dihubungkan dengan pengudusan, istilah ini dapat diartikan dengan ‘tindakan
Allah oleh peneguhan Roh Kudus yang memisahkan orang percaya yang telah
diselamatkan-Nya dari dosa’.[5]
Ada
terdapat beberapa istilah kudus dalam perjanjian baru yang dapat dipakai untuk
sebuah benda maupun sebuah relaasi. Digunakan dalam sebuah benda ketika kata
kudus ini dipakai dalam tempat kudus, bait suci, dan sebagainya. Kata kudus
juga dipakai dalam menjelaskan sifat ke-Allahan yang kudus adanya.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Kepribadian
Daud Dan Latar Belakang Kehidupannya.
Daud
mempunyai ketujuh saudara dan ia adalah anak bungsu. Namun dalam kitab 1 Samuel
hanya disebutkan ketiga nama dari saudara-saudara Daud, yaitu: Eliab, Abinadab,
dan Syama. Lain dari pada saudara-saudaranya, Daud disuruh menggembalakan
dua-tiga kambing domba milik keluarganya sedangkan ketiga kakak tertuanya
dianggakat sebagai prajurid oleh raja Saul. Sedangkan keempat kakaknya yang
lain tidaklah disebutkan bahkan diceritakan dalam Alkitab. Cerita tentang Daud
pertama kali muncul ketika nabi Samuel datang ke Betleham untuk pergi ke rumah
Isai untuk mengurapi seorang anaknya untuk menjadi seorang raja dan ternyata
dari kesekian anaknya Daulah yang dipilih Tuhan.
Pertamakali
Samuel datang kerumah Isai dan melihat Eliab, ia berfikir “Sungguh di hadapan
TUHAN sekarang berdiri yang di urapi-Nya.” Dan TUHAN berfirman kepadanya bahwa
jangan melihat perawakannya yang tinggi, sebab Eliab ini seorang yang bagus
perawakannya karena ia adalah salah satu tentara raja Saul. Bahkan Abinadab dan
Syama pun juga tidak dipilihnya. Padahal mereka adalah tentara-tentara Saul,
sampai ketujuh saudara Daudpun tidak ada yang dipilih. Samuel bertanya kepada
Isai apakah hanya ini anak-anak Isai? Namun Isai berkata bahwa masih ada
anaknya yang bungsu yang sedang berada di ladang untuk menggembalakan kambing
domba. Akhirnya Daud dipanggil dan pulang ke rumahnya dan Tuhan memilih Daud
yang kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya yang elok. Setelah Samuel
bertemu dengan Daud, Samuel mengambil tanduk yang berisi minyak dan
mengurapinya, Daud di urapi menjadi raja didepan para saudara-saudaranya dan
sejak waktu itu Roh TUHAN seterusnya berkuasa atas Daud.
Kehidupan
Daud mulai di ceritakan ketika Saul sang raja tidak lagi taat kepada Tuhan
dengan mempersembahkan korban kepada Tuhan ketika orang Filistin datang untuk
menyerang orang Israel. Saul mengambil tindakan yang bodoh dengan
mempersembahkan korban itu sendiri tanpa menunggu Samuel datang. Sejak saat itu
Roh Tuhan undur dari padanya dan ia sering diganggu roh jahat. Ketika roh jaat
itu hinggap padanya ia menjadi tidak tenang dan merasa terganggu sehingga para
pelayannya menyarankan untuk memanggilkannya seorang yang pandai memainkan
kecapi bagi raja.
Sejak
itu Daud sering kali dipanggil oleh raja untuk memainkan kecapi bagi Saul di
istana ketika Saul merasa tertekan. Selain pandai memainkan kecapi Daud juga
merupakan seorang yang pandai memainkan seruling dan memiliki kemampuan
berperang karena sering malawan binatang buas yang mengancam ternak yang
dijaganya, sehingga ia berani melawan Goliat ketika ia pergi kepada
kakak-kakaknya. Ia melawan Goliat bukan dengan pedang dan tombak, namun hanya
dengan ketapel dan tongkat. Daud mengambil dari dasar sungai lima batu licin
dan menyimpannya dalam kantongnya. Ketika berperang melawannya, ia mengambil
batu itu dan mengumbannya kearah Goliat dan sambil berseru dalam nama Tuhan.
Sehingga batu itu mengenai kepalanya dan masuk terbenam dalam dahinya dan
Goliat terjerumus jatuh ke tanah. Daud mengambil pedang Goliat dan memenggal
kepalanya.
Setelah
hal itu berlangsung, Daud selalu ikut berperang dalam berbagai peperangan dan
Tuhan selalu menyertainya. Segala peperangan salalu dimenangkan Daud dan bahkan
ia mengalahkan para musuhnya lebih dari yang Saul kalahkan. Ketika pulang
berperang rakyat mengagungkan nama Saul dan Daud, namun mereka berkata bahwa
Saul mengalahkan beribu-ribu tetapi Daud berlaksa-laksa. Sehingga dengan
demikian Saul menaruh iri hari kepada Daud karena ia lebih unggul dari padannya
bahkan Daud lebih terkanal dari pada Saul dan ia mulai beriktiar untuk
membunuhnya. Sampai ketika Daud sedang memainkan kecapi, roh jahat itu datang
kembali kepada Saul sehingga ia melemparkan tombak yang ada di tanggannya
kepada Daud untuk membunuhnya. Tetapi Daud berhasil luput dan melarikan diri
keluar istana. Ketika dilihatnya bahwa Saul gagal membunuh Daud ia menjauhkan
Daud dari hadapannya dan memberikan Daud kedudukan pemimpin seribu orang. Namun
ketika dilihat Saul bahwa Daud semakin berhasil, makin takutlah Saul kepada
Daud namun orang banyak makin suka kepada Daud bahkan akhirnya Daud menjadi
menantu Saul walaupun ia sempat di tipu masalah istrinya. Dan akhirnya lagi-lagi
Saul kembali menyerang Daud dan lagi-lagi Tuhan meluputkannya dari tangan Saul,
dan sejak itu ia melarikan diri hingga sampai di Nob.
Nob
merupakan tempat pertama pelarian Daud dari Salomo. Ada yang berpendapat bahwa
Daud pergi ke Nob untuk diperlengkapi, yaitu untuk diperlengkapi sebagai raja. Yang
dimaksudkan diperlegkapi disini ialah diperlengkapi secara rohani dan jasmani.
Diperlengkapi
secara rohani, dimana ia menerima roti kudus yang sebenarnya hanya boleh
dimakan oleh para imam saja. Sebelum mendapatkannya Daud sendiri berkata bahwa
ia dan orang-orangnya selalu manjaga kekudusan. Sehingga Daud bisa dikatakan
berhak untuk menerima roti kudus itu, karena untuk menerima roti kudus itu dibutuhkan kekudusan.
Selain
meminta roti kudus kepada imam Ahimelekh, permintaan kedua Daud ialah sebuah
senjata. Diamana ia mendapatkan pedang Goliat yang mana telah ia gunakan untuk
memenggal kepalanya ketika mereka berperang.
Walau
dalam keadaan terdesak dan dalam pelarian seperti itu Daud tetap memiliki jiwa
yang agung, dimana ia tidak mengumpulkan kekuaatan pasukan yang dapat ia
gunakan untuk memberontak terhadap Saul. Jika di lihat dalam 1 Samuel 18: 5, 13
mengatakan bahwa Daud mengepalai pasukan pejuang-pejuang yang unggul dan yang
berjumlah ribuan, seperti yang ayat 13 katakan bahwa ia mengepalai pasukan
seribu. Tetapi dalam kekuasaannya itu ia tidak menggunakan pengaruhnya dalam
mempengaruhi dan mengajak para tentara yang berada dalam kuasanya itu untuk
memberontak. Dua atau tiga orang yang menyertainya itu kemungkinan adalah salah
seorang dari saudaranya atau pembantunya. Daud tidak berniat untuk menyusun
kekuatan untuk memberontak, dia hanya ingin melarikan diri dan membiarkan Tuhan
yang membalas kesalahan Saul dan kejahatannya.[6]
Bahkan ketika dalam berbagai ceritanya walaupun Daud memiliki kesempatan untuk
membunuh Saul, namun Daud tidak mau membunuhnya bahkan menjamahnya saja ia
tidak mau. Sebab pikirnya ia tidak ingin mencelakai orang yang di urapi Tuhan,
walaupun waktu itu Roh Tuhan sudah undur dari pada Saul.
B. Latar
Belakang Peristiwa di Nob.
Nob
adalah nama tempat di Israel dekat kota Yerusalem, yang sepertinya terletak
lebih dekat dengan Bahurim, dekat Bukit Zaitun atau kemungkinan lebih jauh di
utara Tell Shuafat. Daerah ini kemungkinan merupakan milik pusakan suku
Benyamin, mengingat Yerusalem berada pada perbatasan antara tanah pusaka suku
Benyamin dan suku Yehuda. Disana Daud bertemu dengan Ahimelekh dan meminta roti
padanya.
Ada
beberapa orang yang berpendapat bahwa Daud sengaja berkata yang tidak benar
kepada Ahimelekh, sebagai sesuatu usaha yang keliru untuk melindungi Ahimelekh,
atau karena Daud curiga kepada Doeg, yang mengawasinya. Doeg merupakan seorang
Edom yang dikhususkan untuk melayani Tuhan, ia adalah seorang pegawai Saul yang
ditugaskan sebagai pengawas atas gembala-gembala Saul.[7]
Doeg merupakan seorang penghianat yang berbahaya, bahkan dikatakan ia ikut
membunuh para imam di Nob atas perintah Saul.
Pemberitahuan
Doeg tentang kehadiran Daud di Nob bahkan pertemuannya dengan Ahimelekh membuat
dan mendoroang Saul untuk bertindak. Sehingga ketika Ahimelekh muncul di depan
Saul, Saul langsung menuduhnya bahwa ia mengadakan persekongkolan dengan Daud
dan Saul menolak mendengar pembelaan yang menyedihkan tetapi benar dari
Ahimelekh. Akhirnya Saul memerintahkan untuk memenggal kepala para imam, namun
tidak ada seorangpun yang mau melakukannya. Sehingga dia mendesak Doeg untuk
melaksanakan pembunuhan itu.
Pertama-tama
Doeg melakukan pemarangan terhadap para imam dan dilanjutkan dengan penduduk
lainnya bahkan sampai akhirnya ia menumpas semua ternak yang ada di daerah Nob.
Apa yang seharusnya dilakukan Saul terhadap daerah Nob, seharusnya ialakukan
terhadap Agag dan orang Amalek tetapi ia malalah melakukan hal ini kepada
bangsanya sendiri. Sasaran utama kebencian Saul sebenarnya telah melarikan
diri, yakni salah seorang anak Ahimelekh, Abyatar, yang lolos dari pembantaian
tersebut dan melaporkannya kepada Daud. Kejadian waktu itu mereka sedang berada
di hutan dengan situasi pelarian. Dengan kedatangan Abyatar, Daud kembali
menerima tanggung jawab atas pembantaian di Nob dan menawarkan perlindungan
kepada Abyatar.
C. Daud
Dan Para Pengikutnya.
21:1 Sampailah Daud ke Nob kepada
Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahimelekh pergi menemui Daud dan berkata
kepadanya: "Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama
dengan engkau? 21:2 Jawab Daud
kepada imam Ahimelekh: "Raja menugaskan sesuatu kepadaku, katanya
kepadaku: Siapapun juga tidak boleh mengetahui sesuatu dari hal yang kusuruh
kepadamu dan yang kutugaskan kepadamu ini. Sebab itu orang-orangku telah
kusuruh pergi ke suatu tempat. 21:3 Maka
sekarang, apa yang ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti atau apapun yang
ada." 21:4 Lalu jawab imam itu kepada
Daud: "Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal saja
orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan." 21:5 Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya:
"Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul dengan perempuan, seperti
sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun
pada perjalanan biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir
tubuhnya." 21:6 Lalu imam itu
memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti
sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, supaya pada hari roti
itu diambil, ditaruh lagi roti baru. 21:7
Maka pada hari itu juga ada di sana salah seorang pegawai Saul, yang
dikhususkan melayani TUHAN; namanya Doeg, seorang Edom, pengawas atas
gembala-gembala Saul. 21:8 Berkatalah
Daud kepada Ahimelekh: "Tidak adakah padamu di sini tombak atau pedang?
Sebab baik pedangku maupun senjataku, tidak dapat kubawa, karena perintah raja
itu mendesak." 21:9 Kemudian
berkatalah imam itu: "Pedang Goliat, orang Filistin, yang kaupukul kalah
di Lembah Tarbantin, itulah yang ada di sini, terbungkus dalam kain di belakang
efod itu. Jika engkau hendak mengambilnya, ambillah; yang lain tidak ada, hanya
ini." Kata Daud: "Tidak ada yang seperti itu; berikanlah itu
kepadaku."[8]
Dalam
cerita ini dikatakan bahwa saat Daud bertemu dengan Ahimelekh ia hanya seorang
diri saja dan tidak ada seorangpun yang bersama-sama dengan dia. Namun ia
meminta lima roti kepada para imam untuk dirinya dan orang-orang yang bersama
dengan dirinya. Ia berkata kepada imam itu bahwa memang raja memerintahkan
dirinya untuk pergi seorang diri saja, karena pentingnya tugas itu. Padahal ia
sedang berada dalam pelarian dimana Saul beriktiar untuk membunuhnya karena iri
hari dengan Daud.
Imam
yang sedang bertugas waktu itu yaitu Ahimelekh bertanya kepada Daud, mengapa ia
seorang diri saja. Namun pada waktu itu Daud berbohong kepada Akhimmelakh bahwa
ia berada dalam suatu misi rahasia pahahal ia sedang melarikan diri dari pada
Saul yang hendak membunuhnya. Karena kebohongan itu, Ahimelekh menjadi salah
dalam menarik kesimpulan ketika memahami perkataan Daud, mengenai pelarian dan
keadaannya. Sebenarnya apa yang dikatakan Daud kepada Ahimelekh tidaklah dapat
dibenarkan. Sehingga dapatlah diketahui bahwa berdasarkan alasan yang salahlah
Daud memperoleh roti sajian dan juga memperoleh pedang Goliat.
Dalam
Injil Matius 12: 3-4 Tuhan Yesus menyebutkan peristiwa Daud tentang roti sajian
tersebut, bukanlah untuk membenarkan kelicikan Daud, tetapi untuk menjelaskan sifat
hakiki dari Hukum Taurat. Tuhan Yesus berusaha untuk menekankan bahwa disamping
kekerasan dan ketegasan dari peraturan-peraturan Hukum Taurat, pada hakikatnya
Hukum Taurat diberikan demi kesejahterahan manusia.
Sebenarnya
apa yang dilakukan oleh Ahimelekh adalah sesuatu yang baik, dimana ia
meninggalkan hukum Imamat dan melaksanakan perintah yang lebih tinggi untuk
mengasihi sesama manusia. Dalam Injil
Markus 2:26 menyebutkan bahwa peritiwa ini terjadi pada zaman Abiatar
menjabat sebagai seorang imam besar di Nob. Pernyataan ini dilandaskan pada
ingatan penyalinan di mana Ahimelekh dikacaukan dengan putra Abiyatar. Dalam
hal ini bisa juga bahwa sang putra bertindak sebagai rekan kerja ayahnya
seperti yang telah dilakukan oleh putra-putra Eli dalam kitab Samuel.
Tuhan
Yesus mengacu pada peristiwa yang terjadi dalam Injil Matius 12:3-4; Injil
Markus 2:25; dan Injil Lukas 6:3-5 untuk menunjukkan bahwa ketika kewajiban
seremonial dan moral bertabrakan dan menjadi suatu kasus tertentu, maka yang
harus dilakukan ialah mendahulukan kewajiban moral dan kewajiban seremonial
harus mengalah dan dikesampingkan dahulu. Imam besar harus mengutamakan
kehidupan Daud yang pada waktu itu sangat kelaparan dengan memberikan kepadanya
roti kudus agar kehidupan dan para pengikutnya. Dalam hal ini Imam besar berani
mengorbankan peraturan seremonial dan lebih mengutamakan kewajiban moral. Jika
ia mengedepankan peraturan seremonial, maka Daud dan orang-orangnya tidaklah
diperbolehkan mengambil bahkan memakan roti kudus itu.[9]
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walaupun
dalam keadaan yang terdesak dan sebagainya, Daud tidak menggunakan kekuatan dan
kekuasaan yang dimiliki untuk menghakimi atau membalas tindakan yang dilakukan
Saul kepadanya. Namun ia tetap sabar dalam pelariannya dan membiarkan Tuhan
yang melakukan penghakiman dan penghukuman kepada Saul.
Dalam
pelariannya ke Nob, sebenarnya apa yang dikatakan oleh Daud adalah salah ketika
ia meminta roti kepada imam Ahimelekh. Karena ketika ditanyai oleh Ahimelekh
mengapa ia sendirian, ia berkata bahwa ia sedang dalam suatu tugas penting,
padahal ia sedang dalam pelarian karena Saul hendak membunuhnya. Walau dalam
kondisi seperti apapun, berbohong adalah sesuatu yang salah dan tidak dapat
dibenarkan dengan alasan apapun.
Kedatangan
Daud ke Nob membawa suatu masalah besar bagi para imam dan penduduk daerah Nob.
Karena setelah Doeg melaporkan kedatangan Daud ke sana, Saul menganggap bahwa
Ahimelekh bersekongkol dengan Daud. Saul menjadi marah dan tidak mau
mendengarkan penjelasan Ahimelekh, kemudian ia menyuruh memenggal kepala para
imam bahkan sampai kepada pembantai penduduk bahkan ternak di Nob.
Bisa
dikatakan kedatangan Daud ke Nob untuk memperlengkapi dirinya, baik secara
jasmani maupun secara rohani. Secara rohani, ia menerima roti kudus dan salah
satu syarat untuk menerima roti kudus adalah menjaga kekudusan. Secara jasmani
di Nob Daud mendapatkan pedang Goliat, musuh yang pernah ia kalahkan.
Hukum
Taurat diadakan untuk memberikan kedamaian kepada manusia, walaupun dalam
pelaksanaannya Hukum Taurat memberikan peraturan-peraturan yang keras dan
tegas. Ketika seseorang berada dalam keadaan yang terdesak dan harus
memperhitungkan mana yang harus dilakukannya antara kewajiban seremonial dan
kewaiban moral, maka hendaklah orang tersebut lebih memilih dan mendahulukan
kewajian moral.
DAFTAR
PUSTAKA
https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Roti%20Sajian
dikses hari jumat, 15 Maret 2019.
Charles
F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison. 2004. Tafsiran
Alkitab Wycliffe Perjanjian Lama: Kejadian-Ester. Malang: Gandum Mas.
Abineno,
J.L.Ch. 2003. Tafsir Alkitab: Surat
Efesus. Jakarta: Gunung Mulia.
Rowlwy,
H.H. 2004. Ibadad Israel Kuno.
Jakarta: Gunung Mulia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Roti_sajian
diakses hari kamis, 2 Mei 2019 pukul 17:05
Hadiwiyata.
A.S. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta:
Kanisius.
https://pemuda.stemi.id/reforming_heart/kehidupan-mengembara-daud-daud-di-nob-dan-gat
diakses pada hari kamis, 11 April 2019 pada pukul 20:12
Bergant,
Dianne dan robert J. Karris. 2002. Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius.
[1] Bergant, Dianne dan robert J.
Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 277.
[4] Hadiwiyata. A.S. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 109.
[5]
Abineno,
J.L.Ch. 2003. Tafsir Alkitab: Surat
Efesus. Jakarta: Gunung Mulia. Hal. 4.
[6] https://pemuda.stemi.id/reforming_heart/kehidupan-mengembara-daud-daud-di-nob-dan-gat diakses pada hari kamis, 11
April 2019 pada pukul 20:12
[7]
Bergant, Dianne dan robert J. Karris. 2002. Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 291.
[8]
Alkitab bahasa Indonesia
Perjanjian Lama Teremahan Baru.
[9]
Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison. 2004. Tafsiran Alkitab Wycliffe Perjanjian Lama: Kejadian-Ester. Malang:
Gandum Mas. Hal. 780.
Posting Komentar untuk "Roti Kudus? Apakah Orang Awam Boleh Memakannya? 1 Samuel 21:1-9"