Resensi Buku: Pengenalan Pentateukh
1.
Identitas
Buku
Judul
Buku : Pengenalan
Pentateukh
Penulis :
Herbert Wolf
Penerbit : Gandum Mas
Jumlah
Halaman : 368 Halaman
Cetakkan : ke-2
Tahun
Terbit : 2004
2.
Ringkasan
Buku
Pendahuluan
Lima kitab pertama dalam Alkitab umumnya dikenal
dengan istilah pentateukh, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu penta yang berarti lima dan teuchos yang berarti gulungan papyrus.
Bagi orang Yahudi kelima kitab ini mereka kenal dengan sebutan “Taurat”, karena
dianggap paling baik menggambarkan kelima kitab ini. Taurat tidak hanya berarti
“hokum” tetapi juga berarti “pengajaran” atau “perintah”. [1]
Teologi pentateukh mencakup banyak hal, dari Allah
perjanjian yang dijanjikan Allah dengan manusia (Abraham, Ishak dan Yakub).
Allah sebagai pencipta, menjelaskan Allah sebagai pencipta langi dan bumi.
Allah sebagai penebus, tantang karya keselamatan Allah sebagai penebus umat
manusia. Sifat khas Allah, Allah yang kudus dan juga sumber kasih namun juga menuntut
manusia yang berdosa dihukum.
Nama-nama Allah, berdasarkan bahasa Ibrani kata
“Allah” berasal dari kata ‘Elōhîm’ yang
digunakan diseluruh kitab Kejadian pasal 1. Kata ‘Elōhîm’ juga sering digunakan dengan nama pribadi “Yahweh”, yang
mendahului kata ‘Elōhîm’. Dalam
Kejadian 24 ‘Elōhîm’ adalah Allah
yang empunya langit dan bumi. Tuhan
(Yahweh) atau yang biasa di dikenal dengan nama “Yehovah”. Cara pengucapan
yang tepat untuk nama ini tidak jelas; hanya empat konsonan YHWH. Dalam diskusi
para sarjana, nama yang mengandung gugah rasa ingin tahu ini kadangkala tetragrammaton, kata Yunani untuk empat
huruf. Bila nama suci ini muncul dalam sebuah ayat, maka orang Yahudi mengucapkannya
“Adonai” digabung dengan YHWH sehingga membentuk nama “Yehowah” (= Yahovah).
Kata YHWH sendiri hampir sama dengan ejaan “AKU ADALAH AKU”. Tuhan (Adonai) merupakan kata lain untuk
Tuhan, ‘adōnai’ mengandung makna
pokok, ‘Tuhan’, atau ‘tuan’. Allah Yang
Mahatinggi. Nama El Elyon (‘ēl ‘elyôn) terdiri atas padan kata yang
lebih singkat Elohim ditambah kata sifat/kata benda ‘elyôn yang berarti ‘tinggi, mahatinggi’. Allah Yang Mahakuasa (El
Shaddai), Allah Yang Kekal, Allah Yang Disegani oleh Ishak, Yang Maha Kuat
Pelindung Yakub, Gunung Batu, dan Bapa.
Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah,
maka diberi wewenang atas segala ciptaann-Nya sebagai wakil Allah di bumi. Menurut
Ireneus, bapak gereja mula-mula, manyatakan bahwa ada perbedaan antara ‘gambar’
dan ‘rupa’ Allah di dalam diri manusia. ‘gambar’ Allah adalah rasionalitas dan
kehandak bebas, sedangkan ‘rupa’ Allah adalah karunia kebenaran Allah. Awal
kejatuhan manusia dalam dosa adalah ketika mereka memakan buah larangan.
Perjanjian Baru menempatkan tanggung jawab atas kejatuhan manusia dalam dosa
secara langsung kepada Adam, walaupun yang memakan buah larangan yang pertama
adalah Hawa. Sejak kejatuhannnya dalam dosa manusia semakin menurun moralnya,
dimulai dengan kain yang membunuh habel adiknya sendiri karena iri hati. Bumi
juga sempat di musnahkan oleh air Bah karena kejahatan manusia merajalela. Kota
Sodom dan Gomora juga dimusnahkan dengan api dan belerang karena homoseksual
kaum pria di kota Sodom, yang akhirnya kejahatan tersebut juga dilakukan oleh
anak-anak Lot dengan melakukan hubungan seks dengan ayahnya. Dan masih banyak
lagi kejahatan manusia yang semakin lama semakin meningkat.
Oleh karena kejahatan manusia itu Allah mengutus
Mesisas untuk membebeskan mereka dari belenggu dosa. Negeri Kanaan telah
dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya sebagai warisan mereka, tetapi
seluruh dunia mendapat manfaat dari janji itu melalui kristus. Keselamatan datang
oleh karena percaya (iman). Keefektifan dan kesederhanaan iman digambarkan
dalam peristiwa ular-ular tedung yang menyerang bangsa Israel waktu mereka
menggerutu di padang gurun. Dan untuk menyelamatkan nyawa mereka Tuhan
berfirman kepada Musa untuk membuat ular tambaga, barang siapa yang melihat
ular itu waktu di gigit ular ia tidak akan mati. Penebusan manusia berdosa
adalah kematian Yesus Kristus. Hal ini juga terlihat ketika Adam dan Hawa jatuh
dalam dosa Allah mengenakan pada mereka pakaian dari kulit binatang yang telah
disembelih sendiri. Berbagai perjanjian kepada nenek moyang bangsa Israel juga
telah diikat. Perjanjian Allah denga Nuh ketika Air Bah itu juga perjanjian
kepada keturunan yang seterusnya, bahwa Allah tidak akan menghukum bumi dengan
air Bah lagi. Perjanjian Allah kepada Abraham tentang ketrunannya dan tentang
tanah Kanaan. Juga perjanjian gunung Sinai tentang kesepuluh hukum itu.
Pentateukh Samaria, adalah eksistensi seluruh naskah
Pentateukh dalam tulisan Ibrani kuno. Salinan yang paling tua dari kitab ini
disimpan di Israel, di kota Nablus (kota Sikhen kuno) oleh bebrapa ratus
keturunan Samaria yang masih tinggal di sana. Orang samaria menyatakan bahwa
Allah sudah memilih gunung Gerizim dan buka gunung Sion (Yerusalem) sebagai
tempat kudus kediaman-Nya. Ada sekitar 6000 perbedaan yang terdapat antara
Pentateukh Samaria dengan Teks Mosoret, sebagian besar menyangkut ejaan atau
tata bahasa. Dalam 2000 contoh, Septuaginta cocok dengan Pentateukh Samaria. [2]
Sifat sastra Pentateukh adalah berbentuk prosa,
tetapi bagian-bagiannya berbentuk puisi. Pentateukh juga berisi catatan
genealogis, berbagai peraturan untuk upacara-upacara keagamaan, kisah-kisah
dramatis dan pengakuan iman.[3]
Dalam sudut pandang orang Yahudi tokoh yang paling
dominan dalam Kiab Pentateukh adalah Musa. Walaupun Abraham memainkan peran
kunci dalam Kitab Kejadian.[4]
Dalam perannya sebagai nabi, peran Musa sangat unik dengan firman-Nya Allah
bercakap-cakap langsung dengan Musa, bukan dalam mimpi ataupun penglihatan.
Musa juga tatkala memimpin dan mengatur bangsa itu ia seolah-olah sebagai raja
bagi bangsa Israel.
Kepenulisan
Beredar banyak pendapat tentang kepenulisan Kitab Pentateukh
ini, mulai dari teori sumber sampai pendapat-pendapat yang lain. Menurut teori
sumber Kitab Pentateukh ditulis oleh berbagai sumber diantaranya J. E. D. dan
P. Karena memang Kitab Pentateukh ini agaknya seperti suatu karya anonim dimana
tidak dijelaskan siapa penulisnya. Juga banyak yang menyanggah bahwa Musa
penulis Kitab Pentateukh ini dikarenakan tidak mungkin Musa menulis tentang
kematiannya sendiri, juga bagimana Musa menuliskan kejadian penciptaan langit
dan bumi.
Namun walaupun demikian hingga tahun-tahun
belakangan ini, banyak orang Yahudi sangat yakin jika Musalah penulisnya. Salah
satu hal yang membuat mereka yakin yaitu dalam Pentateukh banyak menceritaka
kisah tentang Musa, bagimana riwayatnya dan kepempinannya dalam memimpin bangsa
Israel menuju tanah Kanaan. Dalam Pentateukh juga menyatakan bahwa Musalah
penulisnya. Keluaran 17:14, Tuhan menyuruh Musa menulis suatu laporan tentang
pertempuran melawan orang Amalek, yang menyerang Israel segera setelah mereka
keluar dari Mesir.[5]
Dalam kitab lain di Perjanjian Lama juga menerangkan bahwa penulis Kitab Pentateukh
atau Kitab Taurat adalah Musa. Perjanjian Baru juga menerangkan Musa dalam
kepenulisan hukum taurat.
Dalam penulisan Kitab Pentateukh ada beberapa sumber
yang mungkin digunakan oleh Musa, yaitu “tôledôt”,
yang diterjemahkan ‘riwayat atau catatan’ atau ‘generasi’. Ada juga pemahaman
yang berkata kamungkinan terdapat adanya sumber-sumber lain. Terdapat juga
petunjuk-petunjuk adanya penambahan setelah Musa. Kemungkinan Yosua yang
dipimpin oleh Roh Kudus untuk menambahkan beberapa ayat dalam Kitab Pentateukh.
Pandangan-pandangan alternatitif mengenai
pembentukan Pentateukh bahwa Musa sama sekali tidak menulis Kitab Pentateukh.
Mereka mendasarkan pada argumen mereka pada kesusasrteraan, sejarah, serta
teologi, dan sudah mengembangkan teori-teori rumit yang berusaha menjelaskan
dari mana sesungguhnya Pentateukh itu datang.[6] Menurut
Kitab psedudopigrafis 2 Esdras[7]
menyatakan bahwa Ezralah yang menulis Kitab Pentateukh. Pada masa Reformasi dan
masa Renaisans filsuf destik, Thumas Hobbes, dalam karyanya Leviathan (1651) mempertahankan
pandangan yang mengatakan bahwa Musa menulis bagian-bagian pilihan yang
dikaitkan dengannya, tetapi bagian terbesar dari Pentateukh ditulis lama
sesudah Musa.[8]
Dari hipotesis-hipotesis dokuman yang ada, seorang
teolog bernama Campeggius Vitringa menganjurkan pada tahun 1689 bahwa musa
menggunakan sumber-sumber purbakala pada waktu ia menulis mengenai para
patriakh Israel. Ia menduga bahwa Abraham sendiri telah membawa sumber tertulis
dari Mesopotamia. Hal ini dikarenakan terdapatnya dua pemakaian nama Allah
yaitu Elohim dan Yahweh. [9]
Ada yang berpendapat bahwa Kitab Pentateukh di tempatkan pada masa pembuangan
ke Babel, Kitab Ulangan ditulis atas perintah Raja Yosia, juga masih banyak
lagi para teolog yang menentang bahwa Musa penulis Kitab Pentateukh.
Selama abad ke-20, sejumlah metodologi kritis telah
muncul untuk memperbanyak dan dalam beberapa hal untuk menentang penelitian
kepustakaan (atau sumber). Salah satunya dalah ‘penelitian bentuk sastra’ (formgeschicte) atau penelitian
ragam/jenis (gattungsgeschichte) yang
dikembangkan oleh Gunkel dan Gressmann setelah peralihan abad ke-20 ini. Namun
ada kecenderungan diantara para peneliti bentuk sastra untuk menekankan tradisi
lisan dengan mengurbankan dukumen-dokumen tertulis. Bagi para konservatif hal
ini berarti bahwa penelitin terhadap bentuk sastra tersebut, baik bagian-bagian
Alkitab yang lebih kecil maupun yang lebih besar, dapat berfaedah dalam proses
penafsiran.[10]
Pendekatan kritis yang terbaru
kepada pentateukh salah satunya yaitu penelitian kanonik dan srtrukturalisme.
Kanon membentuk situasi dalam hidup yang menentukan bagi kehidupan komunitas
Yahudi dan dengan demikian mengaburkan fakta-fakta sosiologis yang paling
diincar oleh para sejarawan modern.[11]
Salah satu keuntungan dari penelitian kanonik adalah perhatiannya pada hubungan
antara pasal-pasal dan kitab-kitab. Jika penelitian kanonik dalam beberapa
aspek membentu orang konservatif dalam telaahan, situasinya menjadi bertolak
belakang bagi kebanyakan bentuk strukturalisme. Yang lebih bertolak belakang
lagi dalam pendekatan strukturalisme adalah pendekatan diakronis. Yaitu, suatu
pemahaman mengenai perkembangan historis bahasa jauh kurang penting
dibandingkan pengetahuan mengenai situasi masa kini. Karena pendekatannya pada
sinkronis, maka strukturalisme sebanarnya mengabaikan peranan sejarah. [12]
Kejadian
Judul dari kitab Kejadian sendiri merupakan kata
pertama dari kitab itu, ‘pada mulanya’ (berē
‘šȋt), mengingat penekannya atas asal-usul. Dalam judul bahasa Ingrisnya
‘genesis’, dari kata Yunani geneseōs,
artinya ‘permulaan’ atau ‘generasi-generasi’, yang digunakan dalam Septuaginta.
Kata ini sebenarnya dalah terjemahan dari istilah Ibrani “tôledôt”, yang muncul sebelas kali dalam kitab ini, yang berfungsi
sebagai suatu petunjuk garis besar yang tepat. Kejadian ditulis sebagai suatu
prolog untuk seluruh Alkitab, karena kitab ini mengisahkan asal-usul, dunia
fisik, kehidupan dan kebudayaan manusia, dan bangsa Israel.[13]
Kitab Kejadian dibagi menjadi dua bagian yang tak
sama, bagian pertama pasal 1-11 mengisahkan tentang penciptaan bumi dan seluruh
isinya serta kejatuhan manusia dalam dosa dan perkembangannya. Bagian kedua
pasal 12-50 mengisahkan tantang Abraham serta keturuannya, janji-janji serta
perjalannan mereka menuju tanah Mesir yang akhirnya mereka diperbudak disana.
Pengertian hari dalam Kejadian 1:1-2:3, yaitu teori
hari yang 24 jam. Seperti yang kita ketahui sekarang jika satu hari adalah 24
jam. Teori hari sama dengan zaman, satu hari yang dimaksud yaitu satu zaman
yang tak tetbatas. Teori struktur, teori hari penyataan, teori “tujuh hari”
dalam kepustakaan purbakala timur dekat.
Masalah-masalah dalam kejadian 1-11 tentang ciptaan
dan evolusi. Salah satu tokoh yang membahas tentang teori evolusi, Charles
Darwin yang menyebutkan manusia adalah evolusi dari kera dan teorinya tersebut
salah. Para ilmuan menyanggah teori Darwin tersebut setelah ada perkembangan
ilmu pengetahuan. Hal-hal lain yang menjadi masalah Kitab Kejadian, evolusi
teistik, usia manusia, identitas ‘anak-anak Allah’, jangkauan air bah, kananaan
dikutuk, dan menara babel.
Permulaan bangsa Israel diawali dengan perjanjian
Allah dengan Abraham, yaitu pengorbanan Ishak yang hampir saja terjadi,
asal-usul keduabelas suku yang diperanakkan oleh Yakub yang akhirnya dirubah
namanya menjadi Israel, sampai cerita Yusuf.
Keluaran
Kitab keluaran diberi nama ‘Exodus’ dari bahasa inggris yang artinya keluar. Seperti judulnya
Kitab Keluaran mengisahkan keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir menuju
tanah Kanaan. Judul asli dalam bahasa Ibraninya Kitab Keluaran adalah “inilah
nama-nama dari” yang diambil dari kata-kata pertama kitab ini. Namun tidak sama
dengan judul dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia, karena dianggap
tidak terlalu cocok dengan keseluruhan isi kitabnya.
Kitab Keluaran ditulis dengan maksud melukiskan
kesulitn-kesulitan orang Israel di Mesir dan bagaiman Allah membebaskan mereka
dari perbudakan disana. Tidak hanya membebaskan mereka dari perbudakan tapi
Allah juga mengadakan perjanjian formal dengan mereka di Gunung Sinai serta
melanjutkan perjanjian-Nya dengan nenek moyang mereka.
Tanggal terjadinya peristiwa Keluaran dapat dilihat
dari bukti beberapa sumber, yaitu sumber dari Mesir, Yeriko, daerah seberang
sungai Yordan, lempeng-lempeng Amarna, dan dari kota-kota lain.
Imamat
Imamat berarti berhubungan dengan para imam atau
orang lewi, judul yang diberikan kepada kitab ini oleh LAI yang mungkin dari “Leviticus”
yang diberikan oleh para penerjemah Septuaginta.[14]
Judul bahasa Ibraninya jika diterjemahkan berbunyi, “dan ia memanggil,” (Wayyiqra’).[15]
Kitab Imamat menerangkan tentang berbagai peraturan
dan korban yang harus diberikan bangsa Israel, yaitu korban bakaran, korban
sajian, korban keselamatan, korban penghapus dosa, dan korban penebus salah.[16]
Kitab Imamat juga menerangkan tentang pola kehidupan
yang harus dilakukan oleh bangsa Israel, antara lain cara pentahiran diri dari
sesuatu yang najis, tentang makanan yang haram dan yang halal, tentang
kekudusan yang harus dijaga oleh bangsa Israel terlebih lagi bagi para
imam-imam, dan bagaimana orang Israel tersebut harus taat kepada aturan yang
telah diberikan Tuhan dan tentang perjanjian yang telah diikatkan antara Tuhan
dengan bangsa Israel supaya mereka tetap menjalankan perjanjian tersebut.
Bilangan
Judul dari Kitab Bilangan yang mengambarkan tentang
sensus atau bilangan-bilangan diambil dari terjemahan kata “Aritmoi” yang
diambil dari kitab terjemahan Septuaginta. Judul Ibraninya diambil dari kata (bimmidbār) yang berarti ‘dipadang
gurun’.[17]
Pada waktu bangsa Israel tiba di Gunung Sinai,
mereka masih berjalan bergerombol tidak beraturan dan setelah mereka
meningalkan Gunung Sinai mulailah mereka mendapat undang-undang dan pedoman
sehingga dalam perjalannanya mereka lebih rapi dan teratur sesuai dengan
urutan-urutan yang telah ditentukan. Suku Yehuda berjalan di depan, setelah itu
barisan suku Lewi dari puak Gersom dan Merari yang membawa bagian-bagiana dari
Kemah Suci dan barisan terakhir oleh suku Naftali.
Pemberontakan bangsa Israel berakibat pada
penghukuman 40 tahun dipadang gurun, yang sebenarnya waktu untuk menuju tanah
Kanaan hanya beberapa hari saja. Tidak hanya bangsa itu saja yang memberontak
sehingga mereka dihukum namun Musa dan Harun juga dihukum karena pemberontakan
mereka dengan tidak ijinkannya mereka untuk memasuki tanah Kanaan namun mereka
hanya boleh memandang seluruh negeri itu dari kejauhan.
Ulangan
Judul Kitab Ulangan didapat dari bahasa Yunani dari
kata ‘deuteronomion touto’ yang
berarti ‘pemberian hukum yang kedua’ terdapat dalam Ulangan 17:18, yang
sebenarnya lebih tepat ‘salinan hokum ini’, tetepi lebih tepat ‘hukum kedua’.
Akan tetapi karena judul ini agak samar-samar maka ada kalanya kitab ini
disebut dengan mišneh hattôrâ
(salinan hokum).[18]
Dari segi kesusastraan Kitab Ulangan paling banyak
paling banyak mengandung hal ini dibading dengan keempat kitab lainnya. [19]
Bagian-bagian tepanjang dalam Kitab Ulangan berdasar
pada ketentuan bentuk fakta yang dapat diabagi menjadi dua, pasal 5-11 dan
pasal 12-26.[20]
Kitab Ulangan tidak hanya berupa kisah pembaharuan
perjanjian, tetapi juga adalah suatu catatan tentang amanat Musa kepada bangsa
Israel, untuk mengingatkkan mereka kembali akan apa yang telah terjadi pada
kehidupan mereka.[21]
3.
Respon
Setelah membaca buku ini, lebih mengerti lagi
tentang kitab-kitab Pentateukh tentang judul-judul Kitab Pentateukh dalam
bahasa aslinya, tentang kepenulisannya dan tentang ringkasan dari Kitab
Pentateukh sendiri.
4.
Aplikasi
Melakukan berkat-berkat yang didapat dari buku ini,
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, dan membagikan berkat tersebut
kepada orang lain. Supaya orang tersebut juga terberkati lewat apa yang kita
bagikan terlebih lagi tidak menjadi batu sandungan karena telah mempraktekannya
dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Kitupan
Terbaik
Beberapa bagian Alkitab berbicara mengenai seseorang
– seseorang keturunan Abraham dan Yehuda yang akan menjadi seorang nabi seperti
Musa – dia yang memberi harapan kepada dunia ini. (halaman 40).[22]
Bahwa ‘kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan
kepada keturunannya,’ lalu ia mengidentifikasi “keturunan” itu sebagai Kristus.
(halaman 40).[23]
Kristus adalah nabi yang dibicarakan oleh Musa, dan
perkatann-Nya adalah firman Allah. (halaman 41).[24]
Jabatan “nabi” juga didiskusikann dalam kaitan
dengan Mesias, oleh sebab Ulangan 18:15, 18. (halaman 41). [25]
[1] Herbert Wolf. Pengenalan Pentateukh. (Malang: Gandum Mas, 2004),
hlm. 16-17
[2] Ibid., hlm. 49-50
[3] Ibid., hlm. 51
[4] Ibid., hlm. 57
[5] Ibid., hlm. 66
[6] Ibid., hlm. 77
[7] Ibid., hlm. 77
[8] Ibid., hlm. 78
[9] Ibid., hlm. 79-80
[10] Ibid., hlm. 91-92
[11] Ibid., hlm. 98
[12] Ibid., hlm. 99-100
[13] Ibid., hlm. 104
[14] Ibid., hlm. 219
[15] Ibid., hlm. 220
[16] Ibid., hal. 228-233
[17] Ibid., hlm. 253-254
[18] Ibid., hlm. 285-286
[19] Ibid., hlm. 291
[20] Ibid., hlm. 293
[21] Ibid., hlm. 296
[22] Ibid., hlm. 40
[23] Ibid., hlm. 40
[24] Ibid., hlm. 42
[25] Ibid., hlm. 41
Posting Komentar untuk "Resensi Buku: Pengenalan Pentateukh"